Sabtu, 2 Maret 2013 07:30 wib
Ilustrasi (Foto: Tgdaily)
CALIFORNIA - Ilmuwan mengklaim bahwa tikus
bisa saling berkomunikasi melalui jarak jauh dengan bantuan alat khusus
yang ditanamkan pada otak tikus. Pengembangan lebih lanjut yang
dilakukan tim peneliti dari Duke University School of Medicine,
mengungkap bahwa beberapa otak hewan bisa dihubungkan.
Dilansir Tgdaily, Jumat (1/3/2013), dua tikus yang berjarak ribuan mil berhasil dikomunikasikan untuk memecahkan serangkaian pengujian. Tim mengatakan, hasil dari temuan ini memungkinkan bagi peneliti untuk menghubungkan beberapa otak tikus untuk membentuk apa yang mereka sebut sebagai "komputer organik".
Dengan komputer organik ini, memungkinkan tikus untuk berbagi informasi sensor dan motorik di antara grup hewan. "Studi kami sebelumnya dengan antarmuka otak-mesin telah meyakinkan kami bahwa otak tikus jauh lebih plastik (mudah dikendalikan) dari yang kami pikir sebelumnya," kata Miguel Nicolelis dari Duke University School of Medicine.
Ia menjelaskan, dalam sebuah percobaan, otak tikus dikatakan mampu beradaptasi dengan mudah untuk menerima masukan dari perangkat luar tubuh. Bahkan, hewan pengerat ini bisa cepat belajar bagaimana memproses cahaya inframerah yang dihasilkan oleh sensor buatan.
"Jadi, pertanyaan kami adalah, jika otak bisa mengasimilasi sinyal dari sensor buatan, maka otak tikus ini juga bisa menyerap masukan informasi dari sensor tubuh yang berbeda," tuturnya.
Untuk membuktikannya, peneliti melatih sepasang tikus untuk dilakukan pengujian dalam memecahkan masalah. Tikus dapat menekan tuas yang benar ketika lampu indikator di atasnya diaktifkan.
Selanjutnya, peneliti menghubungkan otak kedua hewan mamalia ini melalui susunan microelectrodes. Microelectrodes ini yang dimasukkan ke daerah korteks (bagian otak) yang memproses informasi motorik.
Salah satu dari dua tikus yang bertindak sebagai 'encoder', menerima isyarat visual yang menunjukkan bahwa tuas akan memberikan reward (hadiah). Setelah menekan tuas yang tepat, sampel dari aktivitas otak diterjemahkan ke dalam pola stimulasi listrik yang disampaikan langsung ke otak tikus kedua (decoder).
Ilmuwan menemukan bahwa tikus decoder mampu mencapai tingkat keberhasilan maksimum sekitar 70 persen. Komunikasi ini dilakukan secara dua arah. (fmh)
sumber
Dilansir Tgdaily, Jumat (1/3/2013), dua tikus yang berjarak ribuan mil berhasil dikomunikasikan untuk memecahkan serangkaian pengujian. Tim mengatakan, hasil dari temuan ini memungkinkan bagi peneliti untuk menghubungkan beberapa otak tikus untuk membentuk apa yang mereka sebut sebagai "komputer organik".
Dengan komputer organik ini, memungkinkan tikus untuk berbagi informasi sensor dan motorik di antara grup hewan. "Studi kami sebelumnya dengan antarmuka otak-mesin telah meyakinkan kami bahwa otak tikus jauh lebih plastik (mudah dikendalikan) dari yang kami pikir sebelumnya," kata Miguel Nicolelis dari Duke University School of Medicine.
Ia menjelaskan, dalam sebuah percobaan, otak tikus dikatakan mampu beradaptasi dengan mudah untuk menerima masukan dari perangkat luar tubuh. Bahkan, hewan pengerat ini bisa cepat belajar bagaimana memproses cahaya inframerah yang dihasilkan oleh sensor buatan.
"Jadi, pertanyaan kami adalah, jika otak bisa mengasimilasi sinyal dari sensor buatan, maka otak tikus ini juga bisa menyerap masukan informasi dari sensor tubuh yang berbeda," tuturnya.
Untuk membuktikannya, peneliti melatih sepasang tikus untuk dilakukan pengujian dalam memecahkan masalah. Tikus dapat menekan tuas yang benar ketika lampu indikator di atasnya diaktifkan.
Selanjutnya, peneliti menghubungkan otak kedua hewan mamalia ini melalui susunan microelectrodes. Microelectrodes ini yang dimasukkan ke daerah korteks (bagian otak) yang memproses informasi motorik.
Salah satu dari dua tikus yang bertindak sebagai 'encoder', menerima isyarat visual yang menunjukkan bahwa tuas akan memberikan reward (hadiah). Setelah menekan tuas yang tepat, sampel dari aktivitas otak diterjemahkan ke dalam pola stimulasi listrik yang disampaikan langsung ke otak tikus kedua (decoder).
Ilmuwan menemukan bahwa tikus decoder mampu mencapai tingkat keberhasilan maksimum sekitar 70 persen. Komunikasi ini dilakukan secara dua arah. (fmh)
sumber