Sunday, January 20, 2013

13 orang INDONESIA yang sangat luar biasa


 Masukajabro -Tak ada yang mau dilahirkan dalam keadaan cacat. Orang yang lahir dalam keadaan sempurna pun tentu tak pernah menginginkan menjadi cacat. Hidup sebagai orang yang berkondisi fisik sempurna saja sering tak mudah, apalagi jika cacat. Namun hebatnya, tak sedikit orang-orang cacat ini memiliki semangat hidup pantang menyerah yang menjadikan mereka orang cacat dengan segudang prestasi. Orang cacat yang berprestasi ini berhasil menunjukkan pada dunia bahwa mereka dapat berbuat dan melakukan sesuatu yang bahkan lebih cemerlang dari kebanyakan orang yang lahir dan hidup dengan kondisi fisik sempurna.
berikut orang indonesia yg punya semangat hidup tinggi 


1.Ratna Inrawasi Ibrahim

Ratna Indraswari (lahir 24 April 1949 – meninggal 28 Maret 2011 pada umur 61 tahun) merupakan seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia. Dia melahirkan karya sastra secara produktif, walaupun kemampuan fisiknya nyaris tidak berfungsi, kesetiaan berkarya Ratna di dunia sastra ditandai dengan lebih dari 400 karya cerpen dan novel yang dihasilkannya sejak usia remaja hingga akhir hayatnya.
Dalam perjalanan hidupnya, sebagai difabel, Ratna mengaku pernah mengalami masa-masa yang disebutnya sebagai "kemarahan usia remaja". Ratna sudah menandatangani kontrak dengan sebuah penerbit di Jakarta. Novel tersebut belum berjudul, menggarap romantika dunia aktivis di tengah pergolakan reformasi 1998 [1] yang belum sempat diselesaikannya, karena ajal menjemput.

2.ade irawan

Terlahir menjadi tunanetra tak membuat Muhammad Ade Irawan, 16 tahun, kehilangan kepercayaan diri. Namun, bukan pula karena memiliki postur tubuh atletis dan wajah nan tampan yang membuatnya bergelora menjalani kehidupan. Meski tergolong amat pendiam, begitu di depan piano, sikap Ade langsung berubah 180 derajat. Dia energetik dan amat ekspresif.

Tak cuma jemarinya yang lincah menari-nari memainkan deretan tuts, dari mulutnya sesekali keluar irama melengking-lengking bak trompet. Ia juga biasa melakukan scatting, yang banyak dipelajarinya dari penyanyi jazz, George Benson. “Dia belajar piano otodidak,” kata Endang Irawan, ibunda Ade.

Ade lahir pada 15 Januari 1994 di Colchester, Inggris. Menurut ayah Ade, Irawan Subagio, Ade mengembangkan bakat musik jazz secara otodidak di Chicago USA. Ia diakui para musikus jazz terkemuka Amerika Serikat sebagai salah seorang pianis jazz terbaik di dunia.

Sejak sekitar usia 3 tahun, ia mulai mengenal musik dan mencoba piano mainan. Pada usia 5 tahun, ia sering diajak menonton jazz dan mendengarkan CD musik jazz. Dalam satu album, setelah mendengarkannya selama setengah sampai satu hari, ia mampu memainkannya semua lagu dalam album tersebut, ungkapnya.
Saat Ade berusia 9 tahun, sang tante, Wiwik Mardiana Dewi, mengenalkan anak itu kepada musik jazz. Saat itu Wiwik rajin membawakan kaset-kaset jazz Bobby Chen.

Bakat Ade kian terasah saat Endang bertugas selama 4 tahun di Chicago, Amerika Serikat, sejak 2004. Di kota yang yang memiliki napas jazz dan blues itu, Ade secara reguler manggung di Jazz Links Jam Session di Chicago Cultural Center. Usia Ade saat itu masih 12 tahun.

Dalam kurun 2006-2007, ia juga bermain di panggung festival Chicago, seperti Chicago Winter Jazz Festival dan Chicago Jazz Festival di Millennium Park Chicago. Setiap tahun, dari 2004 hingga 2007, Ade selalu meraih gelar juara pertama lomba cipta lagu antarsekolah di negara bagian Illinois.
Kemahiran Ade membawakan musik jazz mempertemukannya dengan sejumlah “gembong” jazz dan blues di Amerika Serikat, seperti Coco Elysses-Hevia, Robert Irving III, Peter Saxe, Ramsey Lewis, John Faddis, Dick Hyman, Ernie Adams, dan Ryan Cohen.

3.noni

Gadis ini bernama Noni, lahir pada tanggal 30 September 1985 dan telah berusia sekitar 23 tahun sekarang. Ia tinggal di daerah Jembatan Hitam, dekat daerah Jembatan Lima serta menghabiskan waktunya sebagai pelajar di SLB Tri Asih di daerah Kampung Duri.

gadis ini ternyata memiliki segudang prestasi yang patut dibanggakan, yang mungkin orang normal pun belum tentu bisa mendapatkannya.

Yang paling patut untuk dibanggakan adalah ketika gadis ini mewakili Indonesia untuk pergi ke Jepang dalam acara olimpiade yang dikhususkan untuk anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental.

Gadis ini berhasil menang dalam bagian pidato bahasa Inggris. Selain itu, gadis ini juga berhasil bertemu mantan Presiden Amrika, Bill Clinton, dikarenakan ia pernah berkata kepada Bill Clinton seperti ini, “Terima kasih Pak Presiden, karena telah membantu Aceh.” Sungguh menakjubkan seorang anak yang memiliki ketidakberuntungan dalam hal mental, bisa melontarkan kata-kata semcam itu.
Selain itu, gadis ini juga pernah bertemu dengan Ibu Ani Yudhoyono untuk kemudian menitipkan salam kepada Presiden SBY, sebab hari itu beliau sedang berulang tahun. Ia juga sering untuk diundang pada acara-acara yang dilakukan oleh beberapa menteri. Diantaranya, ia pernah makan pagi bersama Bapak Aburizal Bakrie di rumahnya, bertemu dengan Suryadi Sudirja, mantan Gubernur DKI Jakarta, serta bertemu beberapa menteri lainnya.

4.Heni Candra Hidayah

Salah satu diantara sekian banyak orang cacat yang memiliki segudang prestasi adalah Heni Candra Hidayah. Siswi kelas XII jurusan Kejuruan Musik-SLBN A Pajajaran Bandung ini berprestasi di bidang tarik suara. Salah satu prestasi terbaik yang ia raih adalah Top 12 dalam ajang pencarian bakat Indonesia Got Talent 2010 yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta terkemuka. Sederet prestasi lain yang ia peroleh adalah juara pertama Lomba Kreativitas Siswa khusus Tuna Netra tingkat Provinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi Jawa Barat, juara Harapan 1 Lomba Tarik Suara tingkat Nasional di Surabaya, juara kedua Lomba Baca Puisi dalam rangka Hari Anak Nasional dan juara ketiga Lomba Baca Al-Qur’an Braile tingkat Nasional di Cirebon.


Lahir dari keluarga yang secara ekonomi bisa dibilang ‘biasa saja’ serta dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Justru inilah yang menjadi alasan mengapa ia bersemangat dalam menjalani kehidupan ini. “Saya ngak mau orang lain hanya mengasihani saya, saya ingin orang lain menghargai saya sama seperti kepada orang normal lainnya. Saya ingin orang melihat saya karena prestasi yang saya raih, bukan karena ia kasihan melihat saya tidak bisa melihat”, ujarnya dengan nada lantang.
Perempuan yang lahir di Bandung, Agustus 1990 ini telah menetap di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna Bandung sudah hampir 8 tahun lamanya Saat ini Heni tengah sibuk dengan kegiatan belajarnya karena sebentar lagi ia akan melaksanakan Ujian Akhir Nasional. Ia berharap, setelah lulus SMA ini, ia dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. “Saya ingin masuk UIN (Universitas Islam Negeri-red), saya nanti akan masuk Fakultas Dakwah karena saya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru di sekolah dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji”, ucapnya.. “Ya saya nantinya ingin membantu teman-teman tuna netra lainnya untuk selalu giat belajar dan menyemangati mereka bahwa walaupun kita tidak bisa melihat, tetapi kita juga punya kelebihan lain", ucapnya.

5.Angkie Yudista
          
Angkie, sapaan akrab dari Angkie Yudistia, karena terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan sejak kecil untuk mengatasi gangguan penyakit seperti flu, batuk dan demam. Lalu untuk mengobatinya oleh dokter di pedalaman sering diberikan obat antibiotik secara rutin hingga penyakitnya hilang. Jika kambuh, antibiotik menjadi obat yang ampuh dan mujarab untuk dirinya.

Hingga akhirnya, obat-obatan tersebut sangat berpengaruh negatif untuk dirinya. Terutama pada bagian telinga, yang membuat Angkie di vonis oleh dokter tidak dapat mendengar.Semasa kuliah, Angkie pun selalu aktif dalam berbagai kegiatan. Ia merupakan finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat pada 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e, serta berbagai prestasi lainnya.

Bungsu dari dua bersaudara itu pernah pula berkarier sebagai humas di berbagai perusahaan. Berbagai prestasi dan semangatnya itulah yang pada akhirnya membuat Angkie tergerak untuk memotivasi para penyandang difable lainnya.

Angkie mulai terlibat dengan kegiatan sosial saat bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehijara pada 2009. Sejak saat itu hingga kini, ia pun kerap jadi pembicara dan menjadi delegasi Indonesia di berbagai kegiatan Internasional di manca negara yang berkaitan dengan kaum difable.

ia meluncurkan buku berjudlu Experience to Pursue Dream" akhir 2011 lalu. Lewat buku tersebut, Angkie mengaku ingin memotivasi para penyandang difable agar bangkit dan melawan keterbatasan fisik mereka. Ia pun berharap buku itu menyadarkan setiap orang agar jangan mendiskriminasi orang sepertinya.

"Di balik keterbatasan pasti ada kelebihan. Walaupun aku terbatas mendengar, bukan berarti harus terbatas melakukan apapun. Aku ingin menunjukkan semua batas harus ditembus, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya," ungkapnya seraya tersenyum.

“Ingat! Ini hidup kita.
Jadi mulailah melakukan apa yang kita sukai dan jangan terlalu memikirkan apa kata orang lain.
Meski memiliki keterbatasan,
kita itu punya kesempatan yang sama besar dalam meraih mimpi…”
- Angkie Yudistia, 5 Juni 1987 

 6.gola gong

Pada umur 11 tahun Gol A Gong (dulu ditulis Gola Gong) kehilangan tangan kirinya. Itu terjadi saat dia dan teman-temannya bermain di dekat alun-alun Kota Serang. Saat itu sedang ada tentara latihan terjun payung. Kepada kawan-kawannya dia menantang untuk adu keberanian seperti seorang penerjun payung. Uji nyali itu dilakukan dengan cara loncat dari pohon di pinggir alun-alun. Siapa yang berani meloncat paling tinggi, dialah yang berhak menjadi pemimpin di antara mereka. Kecelakaan yang menyebabkan tangan kirinya harus diamputasi itu tidak membuatnya sedih. Bapaknya menegaskan kepadanya: "Kamu harus banyak membaca dan kamu akan menjadi seseorang dan lupa bahwa diri kamu itu cacat". Gola Gong adalah nama pena dari Heri Hendrayana Harris. Sekarang nama samarannya dikembalikan ke penulisan pertama, yaitu Gol A Gong. "Gol" adalah ungakapan syukur dari ayahnya saat karyanya diterima penerbit dan "Gong" adalah harapan dari emaknya, agar tulisannya bisa menggema seperti bunyi alat musik gong, serta "A" yang diartikan "semua berasal dari Allah". Maka nama "Gol A Gong" dimaknai sebagai "kesuksesan itu semua berasal dari Allah SWT'.

Gol A Gong dilahirkan di Purwakarta pada 15 Agustus 1963 dari ibu bernanama Atisah dan ayah bernama Harris. Dia terkenal dengan novelnya yang berjudul Balada Si Roy. Selain menulis novel tersebut dia juga menulis novel lain lebih dari 125 judul. Sejak 2001 dia mendirikan komunitas kesenian Rumah Dunia di Serang, Banten. Di Rumah Dunia Gol A Gong menyebarkan virus "Gempa Literasi", yaitu gerakan kebudayaan menghancurkan kebodohan lewat kata (sastra dan jurnalistik), swara (musik), rupa (teater dan film), dan warna (melukis). Gempa literasi itu berupa kegiatan: 1. Orasi literasi, 2. Pelatihan, 3. Hibah buku, 4. Aneka lomba literasi, 5. Penerbitan, 6. Bedah/peluncurna buku, 7. Bazaar buku murah
Gol A Gong (dulu Gola Gong) adalah anak kedua dari lima bersaudara. Selengkapnya adalah Dian, Gol A Gong, Goozal, Eva, dan Evi. Pada 1965 ia bersama dengan orangtuanya meninggalkan kampung halamannya Purwakarta menuju ke Serang, Banten. Bapaknya adalah guru olahraga sedangkan ibunya seorang guru di sekolah keterampilan putri, Serang. Mereka tinggal di sebuah rumah di dekat alun-alun Serang.

7.stephanie handojo

Olimpiade adalah ajang olahraga yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti oleh seluruh negara di dunia. olimpiade merupakn pesta olahraga 4 tahun yang diikuti oleh seluruh negara didunia, sebelum perhelatan itu dimulai ada sebuah ritual yang unik yaitu perarakan obor yang dimulai di yunani dan berakhir pada tuan rumah olimpiade itu berlangsung pada tahun ini bertempat di london.
dan indonesia mengirimkan wakilnya untuk membawa obor itu adalah Stephanie Handojo, Stephanie adalah peraih medali emas Special Olympic Games 2011 di Athena pada cabang renang. Dari 12 juta anak di dunia, Stephanie jadi 1 di antara 20 wakil yang dipilih UNICEF sebagai pembawa obor Olimpiade. Down Syndrom terbawa Stephanie Handojo sejak lahir. Namun, ia tak kecil hati. Ia justru terpacu menoreh prestasi olahraga level dunia. Kariernya di olahraga dimulai pada 2005. Saat itu, Stephani menjuarai PORCADA (Pekan Olahraga Cacat Daerah). Ia turun di cabang renang nomor 50 m gaya dada putri. Hebatnya lagi, prestasi Stephanie tak hanya di renang. Ia juga pernah menoreh rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) di bidang kesenian: main piano. Sebagai tuna grahita, ia mampu memainkan 22 lagu dengan piano secara berurut dan tanpa henti pada 2009. Prestasi terbaiknya adalah menjuarai Special Olympic World Summer Games XIII di Athena 2011. Sejak saat itu, kariernya kian berbinar. Ia berkesempatan mengusung obor Olimpiade pada tanggal 28 Juni di Nottingham dengan menempuh jarak sejauh 300 meter. Terpilihnya Stephanie sebagai pembawa obor Olimpiade London 2012 diharapkan dapat menginspirasi dan memotivasi para rekan-rekan muda indonesia

8. M.sabar
M Sabar memang pantas berbangga. Meski hanya dengan satu kaki, penderita tunadaksa itu mampu mendaki puncak gunung tertinggi di Eropa. Apa yang diimpikan penyandang tunadaksa asal Solo yang kehilangan kaki kanannya sejak 22 tahun silam ini akhirnya terwujud.
Tepat pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 RI, Rabu (17/9) lalu, Sabar mampu menancapkan bendera Merah Putih di Puncak Gunung Elbrus. Ia tancapkan Merah Putih tepat pukul 15.45 menit WIB. Pencapaian ini membuatnya menjadi penyandang tunadaksa yang kali pertama mampu mencapai Elbrus.
Sebelum Sabar, tim pendakian lainnya yakni dari Unnes Semarang dan UNY Yogyakarta tiba terlebih dulu di Puncak Elbrus. Mereka berhasil tiba 15 menit lebih awal dibanding Sabar yang bergabung dengan rombongan Tim Ekspedisi Merdeka.
Berbagai pengalamanan menegangkan mewarnai perjalanan Sabar ke puncak. Sabar berulangkali terjatuh. Akan tetapi ia enggan dibantu rekan, Budi Cahyono maupun dua pendaki Rusia, Sergey dan Viktor yang memandu Tim Ekspedisi Merdeka.
Angin kencang dan suhu yang mencapai minus 15 derajat Celsius menerpanya dalam ketinggian. Sabar kembali terjatuh. Akan tetapi bangkit lagi. Tangan kanannya memegang tongkat, sementara bendera Merah Putih berukuran kecil berada di tangan kirinya.
Tak lama berselang, sebuah prasasti berbentuk bintang kecil terlihat jelas di depannya. Itulah prasasti yang menandakan puncak Elbrus.
Sabar langsung berteriak lepas. Sesegera mungkin ia langsung menancapkan bendera Merah Putih. Selama lima menit di puncak Elbrus tak banyak yang dilakukan Sabar.
Mengenakan jaket tebal, sarung tangan dan kaca mata, Sabar berulang kali merebahkan diri di hamparan salju. Ia tak berani terlalu lama berdiri.
Meski demikian, Sabar sesekali sempat berdiri.
Kedua pendaki asal Rusia ini memang cukup membantu perjalanan Sabar. Sejak memulai perjalanan dari base camp Emanuel pada ketinggian 2.580 mdpl, kedua pemandu ini terus mengiringi Sabar. Dengan menggunakan tali yang diikatkan satu persatu ke rombongan Sergey berada di depan Sabar. Diikuti Budi Cahyono dan Viktor di belakang keduanya.
Setiap 10 langkah dari Sergey, Sabar mengikuti di belakangnya. Hal itu dilakukan terus menerus hingga mencapai puncak.
Ucapan selamat
Keberhasilan mencapai Puncak Elbrus membuat nama Sabar semakin bersinar. Berbagai ucapan selamat pun keluar dari berbagai kalangan, mulai kerabat, rekan dekat hingga pejabat.
Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut memberikan selamat kepada pria berusia 43 tahun ini. SBY mengucapkan selamat melalui teleconference selang beberapa jam seusai Sabar menancapkan Merah Putih di pegunungan tertinggi di dataran Eropa itu. Bahkan, Menteri Sosial, Bachtiar Chamsyah belum lama ini sempat menyempatkan diri berkunjung ke rumah Sabar. Pak Menteri secara pribadi memberikan selamat atas pencapaian yang dilakukan Sabar.
Ironisnya, meski ucapan selamat berdatangan justru tak ada satu pun bagian dari Pemerintah Kota Solo yang memberinya selamat. Padahal apa yang dilakukan Sabar turut mengharumkan nama Solo, baik di mancanegara maupun dalam negeri.
Kendati demikian, Sabar tak sakit hati.
Ada pesan khusus yang dibawanya dalam misi tersebut. Ia ingin memberi contoh pada generasi muda agar jangan mudah menyerah. “Bukan hanya untuk kamu difabel. Semua orang tidak boleh menyerah,” ujarnya.
Memuncaki Elbrus belum usai bagi Sabar. Pria yang kehilanggan kakinya akibat terjatuh dari gerbong kereta api pada 1989 silam ini berniat mengukir sejarah kembali dengan menaklukkan puncak Gunung Kilimanjaro, Tanzania, Oktober mendatang.

9.Lamri Pea Paser

di Pusat Renang Nasional Paralimpiade Beijing, perenang penyandang cacat Indonesia Lamri yang berumur 21 mengakhiri perlawatan Kontingen Paralimpiade Indonesia di Beijing dengan prestasi yang memuaskan.
Lamri kemarin ambil bagian dalam pra-kompetisi renang gaya punggung 100 meter putra kelas S9. Setelah selesainya kompetisi regu, Lamri tetap memperhatikan prestasi perenang lainnya tanpa meninggalkan kolam seperti perenang lainnya.
Walau Lamri menempati urutan kesembilan di antara sepuluh atlet, dan akhirnya tidak berhasil memasuki final, namun Lamri dengan prestasi 1 menit 12,13 detik telah memecahkan rekornya sendiri yang diciptakannya dalam Pekan Olahraga Penyandang Cacat ASEAN Ke-4 pada tahun ini. Dia merasa puas atas prestasinya itu dan menyatakan terima kasih kepada orang-orang yang mendukungnya.
Lamri adalah satu-satunya atlet penyandang cacat di antara negara ASEAN yang memperoleh kualifikasi untuk mengikuti kompetisi Paralimpiade Beijing. Dia tidak saja mempertahankan rekor nasional dalam nomor tersebut, juga pernah memperoleh medali emas dalam Pekan Olahraga Penyandang Cacat Kawasan Timur Jauh dan Pasifik Selatan Ke-9 yang digelar di Malaysia pada tahun 2006 dan Pekan Olahraga Penyandang Cacat ASEAN yang digelar di Thailand pada tahun ini. Sebenarnya Lamri adalah seorang atlet yang baru, pada tahun 2006 dia sama sekali tida bisa berenang dengan gaya punggung, tapi justru pada saat itulah, dia berkenalan dengan pelatihnya.
Menurut pelatih Dimin, adalah berbeda untuk melatih atlet penyandang cacat dengan atlet lainnya, diperlukan konsep pelatihan sesuai dengan kondisi badannya. Lamri sudha mencapai kemajuan besar, dia kini sedang siap untuk mengikuti Pekan Olahraga Penyandang Cacat ASEAN Ke-5 yang akan digelar pada tahun depan.
Lamri dilahirkan di sebuah keluarga petani di Provinsi Kalimantan, dia kehilangan kaki kirinya dalam kecelakaan lalu lintas.
Lamri menyatakan akan berupaya untuk masuk ke universitas, dan mengikuti Paralimpiade yang akan diselenggarakan empat tahun kemudian di London dengan mencapai prestasi yang lebih baik.

10.agus ngaimin

Agus Ngaimin adalah atlet renang difabel yang lahir pada 17 Agustus 1984 di Cilacap, Jawa Tengah. Agus Ngaimin terserang folio ketika masih berumur dua tahun yang membuatnya lumpuh dari pinggang ke bawah. Namun kenyataan itu tak membuat Agus Ngaimin menyerah begitu saja. Merasa memiliki bakat dalam olahraga renang, Agus Ngaimin lalu mencari informasi bagaimana agar bisa menjadi perenang profesional. Setelah melalui perjuangan hebat, akhirnya Agus Ngaimin berhasil mewakili Jawa Tengah pada Porcanas 2004 di Palembang. Tak hanya itu, Agus Ngaimin juga berhasil mempersembahkan medali emas untuk kontingen Jawa Tengah. Uang bonus yang didapatkannya dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup dan juga untuk meningkatkan kemampuan renangnya.
Setelah bersinar di tingkat nasional, Agus Ngaimin mulai mengukir prestasi internasional. Agus Ngaimin berhasil meraih medali emas FESPIC Games 2006 di Kuala Lumpur dan medali perak ASIAN Paragames 2010 di Guangzhou. Di “kandang” sendiri, Agus Ngaimin menunjukkan kehebatannya dengan meraih lima medali emas Solo ASEAN Paragames 2011. Berkat serangkaian prestasinya itu, Agus Ngaimin lolos ke London Paralympic 2012 dan akan bersaing di Kelas S6. Kelas S6 ini mencakup renang yang hanya menggunakan tangan dan lengan namun tidak menggunakan otot kaki. Dengan segala kemampuannya, Agus Ngaimin akan berusaha mencapai targetnya sendiri yaitu medali perunggu London Paralympic 2012.

 11.Ni Nengah Wadiasih

Ni Nengah Widiasih lahir di Kabupaten Karangasem, Bali. Pada usia 4 tahun, gadis yang memiliki tahi lalat di dagu ini mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya karena penyakit polio. Sejak kelas 6 SD, Ni Nengah Widiasih mendapatkan beasiswa dan tinggal di asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali. Saat ini, Ni Nengah Widiasih duduk di kelas tiga SMA Dwijendra Bualu, Nusa Dua, Bali. Ketertarikan Ni Nengah Widiasih pada olahraga angkat berat ini berawal dari sang kakak, I Gede Suantaka, yang juga seorang atlet difabel angkat berat. Sejak tahun 2006, Ni Nengah Widiasih mulai mengikuti latihan intensif 4-5 kali seminggu bersama sang kakak dan rekan-rekannya. Berkat latihan intensif itu, Ni Nengah Widiasih mulai mengikuti jejak sang kakak dengan meraih prestasi di tingkat nasional dan bahkan internasional.
Hasil kerja keras Ni Nengah Widiasih terlihat pada ajang Porcanas 2008 di Samarindah. Ketika itu, Ni Nengah Widiasih berhasil meraih emas sekaligus memecahkan rekor nasional dengan angkatan seberat 72,4 kg. Sebelumnya, Ni Nengah Widiasih tampil gemilang di Kejurnas Bali dan Solo. Ni Nengah Widiasih secara berturut-turut mencatatkan prestasi internasional pada ajang Nakhon Ratchasima ASEAN Paragames 2008 (medali perunggu), Kuala Lumpur ASEAN Paragames 2009 (medali perak), dan Solo ASEAN Paragames 2011 (medali emas). Sebelum berangkat ke London, Ni Nengah Widiasih juga berhasil meraih medali perunggu Malaysia Open Powerlifting Championship pada bulan Februari 2012. Di London Paralympic 2012, Ni Nengah Widiasih sangat berharap bisa mencatatkan prestasi seperti mengingat angkat berat menjadi satu-satunya cabang penyumbang medali untuk Indonesia di ajang Olimpiade London 2012.            

12.Setiyo Budi Hartanto

Setiyo Budi Hartanto adalah pemuda asli Temanggung, Jawa Tengah, yang lahir pada 6 Mei 1986. Meskipun terlahir dengan cacat tangan kiri dari telapak tangan sampai siku, Setiyo Budi Hartanto semakin terpacu untuk mengukir prestasi. Setelah lulus dari SMA 1 Muhammadiyah Temanggung pada tahun 2004, Setiyo Budi Hartanto tinggal di Pusat Rehabilitasi Profesor Doktor Soeharso, Solo. Salah satu staf di pusat rehabilitasi tersebut yang bernama Azis menyarankan kepada Setiyo Budi Hartanto untuk mencoba olahraga lompat tinggi dan lompat jauh. Sejak saat itu, Setiyo Budi Hartanto berlatih keras untuk menjadi atlet paralympian. Perlahan-lahan, Setiyo Budi Hartanto mengikuti berbagai kompetisi untuk menguji kemampuannya.
Setiyo Budi Hartanto berhasil menembus final di dua kelas tersebut, namun gagal mempersembahkan medali untuk Indonesia. Tanggal 1 September 2012, Setiyo Budi Hartanto turun di final lompat jangkit Kelas F46. Setiyo Budi Hartanto yang juga seorang pegawai negeri sipil di Kemenpora ini berhasil melompat sejauh 13,41 meter. Dengan lompatan itu, Setiyo Budi Hartanto berhasil memecahkan rekor pribadinya 12.64 meter yang dicatatkan pada Guangzhou ASIAN Paragames 2010.

13.Dian David Michael Yakob 


Dian David Michael Jakobs adalah atlet tenis meja berdarah Ambon yang lahir pada 21 Juni 1977 di Makassar. Terlahir dengan tangan kanan yang cacat, David Jacobs (begitu panggilan akrabnya) mengawali karir tenis mejanya sebagai atlet normal yang bermain kidal. Banyak orang meremehkan kemampuan David Jacobs dalam bermain tenis meja, namun itu tak membuatnya patah arang. Berkat dukungan keluarganya, David Jacobs bergabung dengan klub tenis meja PTP Semarang pada tahun 1990. Setelah sepuluh tahun berlatih keras, David Jacobs berhasil menjadi Juara I Nasional pada tahun 2000. Sejak saat itu, David Jacobs mulai tampil di kancah internasional dengan mewakili Indonesia pada Kejuaraan Tenis Meja Dunia pada tahun 2000.
Beberapa prestasi gemilang yang diraih David Jacobs antara lain medali emas Singapore SEATTA 2001, medali emas PON 2004, medali perak SEA GAMES 2005, medali perunggu PON 2008, dan medali perunggu SEA GAMES 2009. Berkat prestasinya itu, David Jacobs menjadi PNS di Dinas Olahraga DKI Jakarta pada tahun 2008. Tahun 2010, David Jacobs memulai karir sebagai atlet tenis meja difabel Kelas 10. Debutnya sebagai atlet difabel dimulai dengan meraih medali perunggu Guangzhou ASIAN Paragames 2010. Beberapa gelar juga berhasil di berbagai kejuaraan di Thailand, Beijing, Ceko, Inggris, dan Taiwan. Hebatnya lagi, David Jacobs berhasil meraih tujuh medali emas pada Solo ASEAN Paragames 2011. Tahun ini David Jacobs berhasil meraih medali emas pada Italian Open pada bulan Maret 2012 dan Slovakian Open pada Juni 2012. Dalam hitungan matematis, David Jacobs pantas meraih medali di London Paralympic 2012 karena saat ini dia menduduki peringkat tiga dunia.   
Sumber 
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Brother baner

SEPUTAR BLOG,INTERNET,KOMPUTER.

WAHYOKU BLOG

Banner tatelu


 BELAJAR BARENG