Tuesday, January 8, 2013

10 Trik Belajar Meminta Maaf

Mom & Kiddie
Selasa, 8 Januari 2013 20:53 wib
detail berita
Anak minta maaf (Foto: Google)

MOMS Diah menghela napas melihat putrinya, Farah, yang sejak tadi berdiri dengan wajah cemberut. Raut wajah bocah cilik itu tampak kesal. Sang bunda rupanya menunggu ucapan “maaf” keluar dari bibir mungil Farah. Entah mengapa Farah paling sulit jika diminta untuk meminta maaf. Bagaimana sebenarnya mendidik si kecil agar berjiwa besar mengakui kesalahan dan meminta maaf?

Ada 10 langkah yang bisa Moms ikuti, sebagaimana dijelaskan Jovita Maria Ferlina, M.Psi, Psikolog RS Royal Taruma, Jakarta, sebagaimana dilansir Mom & Kiddie.
 
Kenalkan sejak dini & jadikan kebiasaan
 
Pada dasarnya meminta maaf itu merupakan suatu kebiasaan yang sudah ditanamkan sejak dini, sehingga selanjutnya akan mudah untuk anak melakukan hal tersebut. Mengenalkan minta maaf kepada anak usia sekolah dasar tentunya berbeda dengan anak usia 2-4 tahun yang memang sudah sepantasnya diperkenalkan apa itu meminta maaf.

Oleh karena itu, sangat penting untuk Moms menerapkan ini menjadi suatu kebiasaan. Misal, si sulung mencubit adik atau temannya, maka Moms bisa mengajarkannya dengan cara menjelaskan terlebih dahulu bagaimana rasanya dicubit, lalu minta si sulung untuk meminta maaf dengan cara menyalam anak lain yang menjadi “korban”.

Contoh dari orangtua

Tanpa adanya contoh, sulit bagi anak mengikuti kebiasaan meminta maaf. Misal, Moms melanggar janji yang sudah disepakati dengan si kecil. Moms harus meminta maaf dan beri penjelasan mengapa Anda alpa dengan janji yang dibuat. Dengan demikian, anak melihat bahwa meminta maaf bukanlah HARUS dilakukan anak saja, orang dewasa pun melakukannya.

Kesalahan ada konsekuensinya

Untuk anak usia SD, sudah waktunya ditanamkan pemahaman kalau suatu kesalahan pasti ada konseskuensinya. Misalnya, anak menumpahkan air minum ke lantai. Anak yang sudah terbiasa meminta maaf, maka dia akan segera meminta maaf atas perbuatannya itu, meskipun bukan tindakan yang disengaja. Atau bisa juga kondisinya ada orang lain yang terkena tumpahan air, maka si anak harus meminta maaf pada orang tersebut.

Kalau anak sudah minta maaf, tak hanya sampai situ saja. Si anak perlu diberi konsekuensi, yaitu membersihkan air yang telah tumpah ke lantai tersebut. Sehingga anak akan berpikir bahwa segala tindakan itu ada pertanggungjawabannya selain ucapaan permintaan maaf.

Jadikan suatu kebanggaan

Beritahukan pada anak bahwa meminta maaf membuat orang lain menjadi lebih dekat dengan dirinya. Karena setelah meminta maaf maka orang tersebut jadi kembali berteman dengan dirinya. Berbeda jika anak tersebut tidak meminta maaf, maka orang lain tidak ingin bermain dengannya lagi dan ia bisa kehilangan teman.
Penjelasan itu akan membuat anak merasa ada suatu kebanggaan karena dengan adanya permintaan maaf maka dirinya akan memiliki banyak teman. Di mana memiliki banyak teman adalah sesuatu hal yang membanggakan.

Jangan memaksa!

Apa pun kesalahan anak, sebaiknya Moms tidak memaksa anak untuk meminta maaf, apalagi disertai gertakan atau amarah untuk memaksanya meminta maaf.
Justru paksaan yang diberikan akan membuat anak meminta maaf dengan suatu keterpaksaan. Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan atau masalahnya. Setelah itu, cari solusinya atau jelaskan bagaimana meminta maaf atau memberikan maaf.

Bersikap netral

Ketika anak sedang berkelahi dengan teman atau Adiknya, Moms harus menghindari untuk menyalahkan salah satu anak dan membenarkan salah satunya lagi. Moms wajib bersikap netral kepada mereka. Caranya dengan meminta kedua anak tersebut untuk bersama-sama meminta maaf dan memberi maaf. Sehingga tidak menimbulkan sikap berpihak pada salah satu anak saja. Jika Moms sampai berpihak pada salah satu anak saja, maka pemulihan hubungan kedua anak tersebut justru akan semakin sulit.

Tumbuhkan rasa empati

Contohnya saat anak memukul temannya, Moms bisa bertanya, “Bagaimana kalau itu terjadi sama kamu?” Saat pertanyaan itu dilontarkan, kemungkinan anak tidak akan menjawabnya, namun sebenarnya dia mengetahui bagaimana rasanya.

Saat itulah anak akan berpikir bahwa hal itu tidak baik dan jika dia mengalaminya maka itu merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan baginya. Sehingga perasaan anak pun tergugah dan akhirnya akan melakukan permintaan maaf.

Toleransi waktu

Ketika anak melakukan kesalahan, tidak selamanya permintaan maaf itu langsung dia jukan. Apalagi jika hal tersebut terjadi di depan banyak teman-temannya. Untuk itu berilah toleransi waktu untuk anak berpikir dan merefleksikan tindakannya. Sekaligus menimbulkan keberanian dari dirinya. Sehingga nantinya anak tersebut akan melakukan permintaan maaf dengan lebih mudah dan tidak terpaksa.
 
Hindari pemberian hadiah

Saat anak melakukan kesalahan dan tidak ingin meminta maaf, Moms sebaiknya menghindari suatu tindakan pancingan agar anak bersedia melakukan permintaan maaf. Misalnya dengan memberikan suatu hadiah ke anak supaya anak bersedia melakukan permintaan maaf kepada orang lain. Jika hal tersebut dilakukan, maka dampaknya adalah anak akan memanfaatkan permintaan maaf sebagai “ajang” untuk mendapatkan hadiah.
 
Tak harus bersalaman

Sakralnya memang permintaan maaf itu dilakukan dengan berjabatan tangan. Tapi ketika Moms menghadapi si kecil, kesakralan berjabatan tangan bisa diubah demi memberikan suatu kenyamanan atau kemudahan anak untuk meminta maaf. Misalnya, dengan melakukan tos kedua telapak tangan, merangkul temannya, memberi tepukan atau elusan di bahu teman dan cara lainnya, sehingga membuat permintaan maaf itu menjadi suatu hal yang menyenangkan.
(tty)
 sumber
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Brother baner

SEPUTAR BLOG,INTERNET,KOMPUTER.

WAHYOKU BLOG

Banner tatelu


 BELAJAR BARENG