
Kekurangan : Buta dan Tuli
Helen Adamns Keller adalah seorang penulis, aktivis politik dan pengajar
 asal Amerika. Ia juga orang buta tuli pertama yang berhasil 
menyelesaikan kuliah seni, berkat jasa gurunya,
Annie Sullivan yang berhasil mengajarkan Helen cara berkomunikasi tanpa 
bahasa. Ia mengajarkan Helen untuk berkomunikasi dengan mengeja huruf 
pada tangannya, dimulai dari huruf D-O-L-L untuk boneka yang diberikan 
oleh Sullivan untuk Helen pada hari ulangtahunnya. Helen juga ikut aktif
 mengkampanyekan hak wanita untuk memilih di pemilu, hak buruh, dan 
sosialisme. Pada tahun 1920, ia membantu pendirian American Civil 
Liberties Union (ACLU). Keller telah bertemu semua presiden amerika 
sejak Grover Cleveland sampai Lyndon B. Johnson. Ia juga merupakan teman
 baik dari beberapa figur kenamaan termasuk Alexander Graham Bell, 
Charlie Chaplin, dan Mark Twa

Kekurangan : Penyakit Motor Neuron
Stephen William Hawking adalah seorang ilmuwan fisika ternama asal 
Inggris. Buku-buku dan penampilan publiknya telah menjadikannya 
selebriti akademis. pada tahun 2009 ia juga mendapatkan Medali 
presidensial atas kebebasan, Penghargaan sipil tertinggi di USA. Saat 
masih menempuh pendidikan di Cambridge, Stephen Hawking terjatuh dari 
tangga yang kelak akan membuatnya menderita penyakit motor neuron yang 
membuatnya lumpuh. Ia lebih takut kehilangan kejeniusannya sehingga ia 
lebih dahulu memeriksakan intelektualnya lewat Mensa test. Diagnosis 
penyakit syarafnya diketahui saat umurnya mencapai 21 tahun, dimana ia 
mulai kehilangan kontrol atas tangan dan kakinya, sampai akhirnya ia 
lumpuh total pada tahun 2009.
3. Jean-Dominique Bauby

Kekurangan : Locked - In Syndrome
Jean - Do adalah seorang Editor, penulis dan jurnalis kenamaan dari 
majalah Prancis ELLE. Pada tahun 1995, ia menderita serangan jantung 
yang sangat parah dan mengakibatkan ia jatuh ke dalam koma selama 20 
hari. Setelah bangun dari koma, Ia mendapatkan dirinya menderita sebuah 
sindrom syaraf yang sangat langka bernama Locked In Syndrome. Sindrom 
ini membuat si penderita lumpuh dari ujung kepala hingga ujung kaki, 
namun tetap memiliki pikiran yang sadar. Dalam kasus ini, Jean-Do tetap 
dapat mengedipkan matanya
Mengabaikan kondisinya, Jean-Do tetap mampu menulis sebuah bukua 
berjudul Diving Bell and the Butterfly dengan cara Mengedipkan matanya 
ketika penulis yang membantunya menunjuk huruf yang benar. Jean-Do harus
 mengedit dan mengarang buku tsb sepenuhnya dalam kepalanya, huruf demi 
huruf. Jean-Do meninggal 2 hari kemudian setelah buku tsb di rilis.
4. John Nash

Kekurangan: Schizophrenia (kelainan otak yang kronis, parah dan membuatnya tidak berfungsi)
John Forbes Nash adalah seorang Ilmuwan matematik Amerika. Pada masa 
kecilnya, ia sangat tertarik pada sains sehingga mencoba berbagai 
percobaan kecil di kamar tidurnya. Ia kemudian mempelajari Indusri kimia
 dan Matematika pada Carnegie Mellon Univeristy. Pada tahun 1959, ia 
mulai menunjukkan perilaku aneh menyerupai paranoia. Ia mempercayai 
bahwa ada organisasi yang sedang mengincarnya. Kemudian ia dimasukkan ke
 sebuah rumah kejiwaan dimana ia di diagnosa menderita schizophrenia. 
Karya-karya dan sumbangsihnya mendapat banyak penghargaan, termasuk 
beberapa penghargaan elit berupa John von Neumann Theory Prize in the 
year 1978 dan Nobel Memorial Prize in Economic Sciences pada tahun 1994.
 Sebuah film Academy Award yang berjudul "A Beautiful Mind" dengan 
pemeran Russel Crowe memiliki cerita yang berdasar pada Biografinya.
5. Christy Brown

Kekurangan = Cerebral Palsy
Christy Brown adalah seorang Pengarang, Pelukis, dan penyair asal 
Irlandia yang menderita Cerebral Palsy, yang membuatnya tidak dapat 
bergerak dan berbicara secara normal. Para dokter juga menyatakan bahwa 
dia juga memiliki keterbelakangan mental. Namun ibunya tetap mencoba 
berbicara dengannya, mengajarkannya berbagai hal. Pada suatu hari ia 
menyambar sepotong kapur dari tangan kakaknya dengan kaki kirinya dan 
membuat tanda dengan kapur itu.
Sampai umur 5 tahun hanya kaki kirinya yang bisa bergerak sesuai 
keinginnannya. Ia menggunakan kaki ini untuk berkomunikasi, yang 
nantinya ia jadikan judul otobiografinya, "My Left Foot"
Sumber

 
 
 0 Comments
0 Comments
    




 
 
