Monday, January 21, 2013

Alay, penyakit sosial ketimbang trend

 
Masukajabro -Alay? Apa tuh? Mungkin anda sudah tidak asing dengan kata tersebut. Bahasanya sedikit nyeleneh, dibilang alay. Menggunakan singkatan dan angka dalam jejaring sosial, dibilang alay? Tapi apa pengertian sebenarnya alay tersebut? Bahkan Wikipedia, situs yang sering digunakan sebagai sumber informasi, tidak bisa memberikan pengertian yang sebenarnya. Dan sebelum kita membahas dampak dari alay tersebut, mari kita saksikan dan cermati apakah alay itu.

Menurut wikipedia alay itu:
Alay (atau 4L4Y, Anak Layangan atau Anak Lebay) adalah fenomena trend di Indonesia. Alay adalah stereotip yang menggambarkan sesuatu yang "norak" dan "murahan" (norak atau kampungan, yang terjadi hanya di Indonesia). Fenomena Alay ini muncul dalam berbagai wujud, seperti musik, pakaian, dan pesan.


Kata "Alay" tidak memiliki arti yang jelas. Salah satu teori yang diterima secara luas adalah bahwa "Alay" adalah portmanteau dari istilah "Anak Layangan" (atau dalam Bahasa Inggris: Kiteflyer),yang menggambarkan seseorang dengan ciri – ciri sering menghabiskan sebagian besar waktu mereka di luar rumah, sehingga terjemur (contoh: kulit atau rambut yang merah). Alay dianggap juga sebagai hiburan murah untuk kelas menengah dan bawah di Indonesia.

Karena minimnya makna mengenai fenomena alay di Indonesia (dianggap sebagai perubahan sosial minor), hanya sedikit dokumentasi yang dapat diperoleh mengenai alay. Menurut informasi yang diperoleh, alay berasal dari situs jejaring sosial Friendster. Pada awal tahun 2004, para pengguna Friendster di Indonesia, menghiasi profil Friendster mereka dengan leet text, glitter banner, dan close-up dari gambar profil mereka. Tren jejaring sosial ini pun terus berlanjut ketika Friendster terkalahkan oleh Facebook. Namun, pada saat ini, Facebook merupakan situs jejaring sosial yagn lebih sering digunakan para user berkarakteristik alay dibanding jejaring sosial lain.

Teks alay / tulisan alay, adalah bentuk bahasa Indonesia yang telah mengalami transformasi berlebihan dengan unsur – unsur leet text. Berlawanan dengan kepercayaan orang tua pada umumnya. bahwa hal itu akan "menghancurkan" bahasa nasional, standar tata bahasa terpenuhi, meskipun berbeda dengan bahasa gaul Indonesia pada umunya. Teks alay menawarkan alternatif dalam mengompresi kata-kata sehingga tulisan alay tersebut berjumlah kurang dari 160. Namun, hal itu menyebabkan tulisan alay sulit atau bhkan tidak terbaca. Aturan dalam kapitalisasi sebagian besar diabaikan.

Teks alay mungkin berasal dari metode pembuatan password yang kuat untuk akun internet, yang membutuhkan kombinasi dari huruf kecil dan kapital, angka, serta karakter khusus. Biasanya, untuk menjaga password yang bermakna dan mudah diingat, password akan terdiri dari kata-kata normal, di mana beberapa huruf dikapitalisasi atau diganti dengan nomor (misalnya huruf A dengan 4, huruf o dengan 0). Hal ini pun berubah menjadi suatu kebiasaan dalam menulis teks pada umumnya, dan ditingkatkan dengan mencampur bahasa Inggris dan Indonesia dalam satu kalimat.

Teks yang membingungkan, yang tidak dapat dipahami dengan baik dan mungkin juga tidak memiliki arti (kecuali untuk penulis), juga dianggap sebagai Teks Alay . Jenis teks biasanya berisi informasi berdasarkan perasaan/ mood penulis, atau teks yang mengandung filosofi penulis pada topik tertentu seperti cinta, patah hati, dan hubungan.

Menurut The Jakarta Post, seorang siswa SMA dari Jawa Timur memulai trend ini dan menjadi tenar setelah tulisan - tulisannya dibahas dalam forum dan blog, bukan karena tulisannya menarik, tetapi karena tulisan tersebut menggunakan "kode" . Perubahan dalam cara menulis seperti hal tersebut menarik banyak perhatian, sehingga orang lain tertarik menggunakan teks alay di forum tertentu dan blog mereka. 
Berdasarkan hal diatas, alay dengan mudah merambah ke seluruh Indonesia karena alay, berasal dari jejaring sosial, sehingga memudahkan orang untuk mengikuti trend tesebut. Penggunaan bahasa dan tulisan yang unik, dapat menarik para produsen untuk menggunakan kalimat – kalimat alay dan tulisannya untuk mempromosikan produk andalan mereka. Hal ini juga berkontribusi dalam penyebaran alay di Indonesia. Namun, di atas juga disebutkan , bahwa para orang tua cemas dengan bahasa anak – anak mereka yang tergolong alay, akan menggeser bahasa Indonesia yang lebih baik. Banyak juga menyesalkan sikap Alayers yang menunjukan kealayan mereka pada waktu yang tidak tepat, sehingga mengusik, menggangu, bahkan membuat orang lain kesal melihatnnya. Kekesalannya ini ternyata juga menimbulkan hal seperti “mindset” (terutama kepada anti alayers) sehingga menafsiran seseoran atau kelompok adalah alay jika mereka berkata/menulis/bergaya yang tidak sepertinya. Sebagian lainnya menganggap alay dan alayers debagai bahan lawakan yang lucu untuk dipermainkan. Dari sifatnya yang menyimpang, mungkin saja alay dapat singkatan sebagai penyakit sosial ketimbang trend. Namun, coba kita lihat kembali pengertian alay yang ada diatas. Alay, “Anak Layangan”, trend kalangan menengah ke bawah, menunjukan bahwa orang – orang terebut juga ingin bergaya degan cara mereka style mereka, yang sering berjemur dibawah terik matahari, dan keuangan mereka, dimana itu adalah hak mereka. Terlepas itu semua, alay adalah pilihan anda, apakah itu baik atau tidak. 
Sumber 
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Brother baner

SEPUTAR BLOG,INTERNET,KOMPUTER.

WAHYOKU BLOG

Banner tatelu


 BELAJAR BARENG