Kamis, 27 Desember 2012 08:51 wib
Pengungsi di penampungan (Ilustrasi: Foto: Koran SI)
SOREANG - Akibat minimnya toilet di posko
pengungsian korban banjir di aula kantor Kelurahan Baleendah, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, para korban banjir harus mengantre untuk mandi
dan buang air.
Jumlah toilet yang berada di belakang kantor Kelurahan Baleendah sangat tidak sebanding dengan jumlah pengungsi. Di lokasi tersebut hanya ada satu toilet, sementara jumlah pengungsi yang ditampung di aula mencapai 300 orang.
Tini, seorang pengungsi, Kamis (27/12/2012), mengatakan, setiap pagi para pengungsi harus antre untuk mandi dan buang air besar. Untuk menjaga agar tidak terlalu lama, para pengguna toilet hanya diperbolehkan mandi atau buang air besar.
Bila ada pengungsi yang akan buang air besar dan mandi, maka dia harus memilih salah satu. Kemudian keluar dari toilet untuk antre kembali. Untuk menggosok gigi dan mencuci pakaian, para pengungsi menggunakan tempat di luar toilet yang telah disiapkan.
Akibat keterbatasan toilet ini, kata Tini, banyak anak-anak yang buang air di celana. Karena itu dia berharap pemerintah setempat memperhatikan kondisi di pengungsian.
Sementara itu, seorang korban banjir, Amar (62), masih terbaring sakit di lokasi pengungsian. Dia menderita penyakit pernapasan akut. Pihak keluarga belum membawanya ke rumah sakit karena tak punya uang.
Menurut Amar, untuk sementara dia menggunakan obat yang dari puskesmas keliling. Sedangkan untuk berobat ke rumah sakit atau dokter belum dilakukan.
sumber
Jumlah toilet yang berada di belakang kantor Kelurahan Baleendah sangat tidak sebanding dengan jumlah pengungsi. Di lokasi tersebut hanya ada satu toilet, sementara jumlah pengungsi yang ditampung di aula mencapai 300 orang.
Tini, seorang pengungsi, Kamis (27/12/2012), mengatakan, setiap pagi para pengungsi harus antre untuk mandi dan buang air besar. Untuk menjaga agar tidak terlalu lama, para pengguna toilet hanya diperbolehkan mandi atau buang air besar.
Bila ada pengungsi yang akan buang air besar dan mandi, maka dia harus memilih salah satu. Kemudian keluar dari toilet untuk antre kembali. Untuk menggosok gigi dan mencuci pakaian, para pengungsi menggunakan tempat di luar toilet yang telah disiapkan.
Akibat keterbatasan toilet ini, kata Tini, banyak anak-anak yang buang air di celana. Karena itu dia berharap pemerintah setempat memperhatikan kondisi di pengungsian.
Sementara itu, seorang korban banjir, Amar (62), masih terbaring sakit di lokasi pengungsian. Dia menderita penyakit pernapasan akut. Pihak keluarga belum membawanya ke rumah sakit karena tak punya uang.
Menurut Amar, untuk sementara dia menggunakan obat yang dari puskesmas keliling. Sedangkan untuk berobat ke rumah sakit atau dokter belum dilakukan.
sumber