Jum'at, 14 Desember 2012 11:17 wib
Pengungsi Rohingya (Foto: AP)
SINGAPURA - Pemerintah Singapura menolak memberikan izin masuk untuk Kapal Vietnam yang diduga membawa pengungsi Rohingya. Para pengungsi itu diduga berusaha menyelamatkan diri dari konlfik etnis yang sedang terjadi di Myanmar.
Media Singapura menyebut Kapal Vietnam bernama Nosco Victory itu membawa sekitar 40 pengungsi Rohingya. Pemerintah Singapura mengatakan, pihaknya menolak para pengungsi tersebut karena tidak memiliki identitas yang jelas. Demikian diberitakan AFP, Jumat (14/12/2012).
Otoritas Pelabuhan Singapura (MPA) meminta kapal Noco Victory untuk menurunkan para pengungsi tersebut di daerah lain yang dinilai aman. Namun pihak kapal menolak saran dari MPA dan tetap ngotot untuk membawa para pengungsi itu ke Singapura.
Nosco Victory mengaku menemukan 40 orang pengungsi itu di sekitar perairan Myanmar yang sedang dilewatinya pada 5 Desember lalu. Diduga perahu yang sebelumnya digunakan oleh pengungsi Rohingya, karam dan para pengungsi pun hanyut di lautan selama beberapa jam sebelum akhirnya ditemukan.
Sehari Sebelum Nosco Victory menemukan 40 pengungsi itu, sebuah kapal Bangladesh dilaporkan karam disekitar wilayah perairan Myanmar. Kapal bernama Nayou itu diketahui membawa sekitar 160 pengungsi Rohingya yang menuju Malaysia.
Konflik etnis yang terjadi di wilayah Arakan, Myanmar antara kelompok mayoritas Rakhine dengan kelompok minoritas Rohingya telah memaksa sekitar 115 ribu warga di daerah tersebut untuk mengungsi. Kebanyakan warga yang mengungsi tersebut berasal dari pihak Rohingya yang memiliki posisi lemah dalam konflik itu.
Hingga saat ini status etnis Rohingya di Myanmar masih tidak jelas. Pemerintah Myanmar menolak untuk mengakui status kewarganegaraan etnis Rohingya. Bahkan Presiden Myanmar Thein Sein lebih memilih agar etnis Rohingya dipusatkan dalam tempat penampungan atau di deportasi.
Kondisi yang dialami oleh etnis Rohingya saat ini mengundang kecaman dari dunia internasional khususnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS). Namun Myanmar mengabaikan kecaman tersebut dan tetap belum bersedia untuk mengakui keberadaan etnis Rohingya yang sudah berdomisili di Myanmar selama ratusan tahun.(faj)
Media Singapura menyebut Kapal Vietnam bernama Nosco Victory itu membawa sekitar 40 pengungsi Rohingya. Pemerintah Singapura mengatakan, pihaknya menolak para pengungsi tersebut karena tidak memiliki identitas yang jelas. Demikian diberitakan AFP, Jumat (14/12/2012).
Otoritas Pelabuhan Singapura (MPA) meminta kapal Noco Victory untuk menurunkan para pengungsi tersebut di daerah lain yang dinilai aman. Namun pihak kapal menolak saran dari MPA dan tetap ngotot untuk membawa para pengungsi itu ke Singapura.
Nosco Victory mengaku menemukan 40 orang pengungsi itu di sekitar perairan Myanmar yang sedang dilewatinya pada 5 Desember lalu. Diduga perahu yang sebelumnya digunakan oleh pengungsi Rohingya, karam dan para pengungsi pun hanyut di lautan selama beberapa jam sebelum akhirnya ditemukan.
Sehari Sebelum Nosco Victory menemukan 40 pengungsi itu, sebuah kapal Bangladesh dilaporkan karam disekitar wilayah perairan Myanmar. Kapal bernama Nayou itu diketahui membawa sekitar 160 pengungsi Rohingya yang menuju Malaysia.
Konflik etnis yang terjadi di wilayah Arakan, Myanmar antara kelompok mayoritas Rakhine dengan kelompok minoritas Rohingya telah memaksa sekitar 115 ribu warga di daerah tersebut untuk mengungsi. Kebanyakan warga yang mengungsi tersebut berasal dari pihak Rohingya yang memiliki posisi lemah dalam konflik itu.
Hingga saat ini status etnis Rohingya di Myanmar masih tidak jelas. Pemerintah Myanmar menolak untuk mengakui status kewarganegaraan etnis Rohingya. Bahkan Presiden Myanmar Thein Sein lebih memilih agar etnis Rohingya dipusatkan dalam tempat penampungan atau di deportasi.
Kondisi yang dialami oleh etnis Rohingya saat ini mengundang kecaman dari dunia internasional khususnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS). Namun Myanmar mengabaikan kecaman tersebut dan tetap belum bersedia untuk mengakui keberadaan etnis Rohingya yang sudah berdomisili di Myanmar selama ratusan tahun.(faj)