Jum'at, 14 Desember 2012 12:23 wib
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan defisit anggaran pada 2012 diperkirakan mencapai 2,35 persen dari Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB). Padahal, defisit anggaran pada APBN-P 2012 ditargetkan hanya mencapai 2,23 persen.
Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo menjelaskan, defisit meningkat dikarenakan adanya tambahan anggaran yang digunakan untuk menutup overkuota Bahan Bakar Minyak (BBM). Pasalnya, tahun ini sudah terjadi dua kali overkuota penggunaan BBM bersubsidi.
"Kita mungkin akhiri tahun ini defisit anggaran sebesar 2,35 persen," ujar Agus, di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
Dalam APBN 2012, pemerintah mengalokasikan kuota sebesar 40,4 juta kiloliter (kl). Akan tetapi terjadi kebobolan sebanyak dua kali, yakni pada pertengahan tahun, kemudian pada akhir tahun.
"Karena anggaran yang tadinya Rp137 triliun meningkat menjadi Rp230 triliun. Itu memang tidak semuanya kita bayarkan 2012 karena harus disiapkan dulu anggarannya diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dulu," kata Agus.
Agus mengatakan, defisit tersebut terjadi karena ada asumsi makro yang meleset pada tahun ini. Seperti lifting yang tidak sesuai yang diasumsikan pemerintah yakni 900 ribu barel per hari.
Dia berharap, untuk menutup defisit anggaran pemerintah, lebih mendorong potensi yang digali dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga cukup memberikan dampak negatif. "Nilai tukar juga tidak seperti yang diasumsikan," tukas dia.
(mrt)
Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo menjelaskan, defisit meningkat dikarenakan adanya tambahan anggaran yang digunakan untuk menutup overkuota Bahan Bakar Minyak (BBM). Pasalnya, tahun ini sudah terjadi dua kali overkuota penggunaan BBM bersubsidi.
"Kita mungkin akhiri tahun ini defisit anggaran sebesar 2,35 persen," ujar Agus, di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
Dalam APBN 2012, pemerintah mengalokasikan kuota sebesar 40,4 juta kiloliter (kl). Akan tetapi terjadi kebobolan sebanyak dua kali, yakni pada pertengahan tahun, kemudian pada akhir tahun.
"Karena anggaran yang tadinya Rp137 triliun meningkat menjadi Rp230 triliun. Itu memang tidak semuanya kita bayarkan 2012 karena harus disiapkan dulu anggarannya diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dulu," kata Agus.
Agus mengatakan, defisit tersebut terjadi karena ada asumsi makro yang meleset pada tahun ini. Seperti lifting yang tidak sesuai yang diasumsikan pemerintah yakni 900 ribu barel per hari.
Dia berharap, untuk menutup defisit anggaran pemerintah, lebih mendorong potensi yang digali dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga cukup memberikan dampak negatif. "Nilai tukar juga tidak seperti yang diasumsikan," tukas dia.
(mrt)