Tuesday, December 18, 2012

Menggugat Peran Agama


Di Indonesia, agama memainkan peran penting.  Hampir semua pidato dimulai dengan menyebut nama Tuhan.  Demikian pula setiap pertemuan diawali dengan doa. Singkatnya, agama selalu memainkan peran penting dalam seluruh aspek dan tatanan kehidupan pribadi dan kolektif. Sedemikian pentingnya agama di negeri ini, sampai-sampai ia melekat pada identitas seorang warga negara.
Setiap warga wajib mencantumkan agama yang diakui negara pada kartu identitasnya. Sebuah kebijakan yang bisa dianggap diskriminatif  karena secara implisit  menyingkirkan penganut agama lain di luar agama resmi.  Padahal seyogianya kebebasan beragama, mengandaikan kebebasan untuk memilih agama apapun, termasuk kebebasan untuk tidak  menganut salah satu agama.

Masihkah agama diperlukan?
Agama pernah memainkan peran sangat penting dalam sejarah peradaban umat manusia. Namun peran itu   mulai tergradasi sejak Abad Pencerahan, merosot menjadi kekuatan sekunder, bahkan sempat dituduh sebagai biang kerok kekacauan sosial dan penghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan juga kesejahteraan umat manusia.  Salah satu penyebabnya adalah banyaknya kekerasan yang terjadi atas nama agama.
Di tengah wacana yang semakin santer tentang  peran agama, muncul gugatan: masihkah agama diperlukan?
Sebelumnya, mari kita bayangkan suatu dunia  tanpa sains, tanpa studi mengenai psikologi, biologi atau astronomi.  Suatu dunia tanpa studi mengenai penyakit, kuman,  prosedur medis.
Suatu dunia di mana cuaca dingin atau panas sudah bisa mengakhiri nyawa mereka; suatu dunia yang dipenuhi oleh kejadian-kejadian alam yang menakutkan tanpa bisa dijelaskan sebabnya.  Suatu dunia tanpa penelitian terhadap gempa tektonik, pola cuaca, gunung api, badai tornado, banjir dan lain-lain.  Singkatnya suatu dunia ketidaktahuan.  Tidak ada payung, jas hujan, teleskop, teropong, tidak ada mesin-mesin apapun.  Manusia harus menghadapi alam yang serba misterius.
Dunia semacam ini pastilah dunia yang sangat gelap dan menakutkan.  Padahal manusia adalah makhluk bertanya.  Ia butuh penjelasan terhadap fenomena alam dan uraian tentang makna hidupnya.
Di dalam dunia yang penuh ketidaktahuan inilah, agama dilahirkan.  Para pendiri agama-agama besar adalah mereka yang secara kebetulan dianggap mengalami pencerahan karena merasa dekat dengan apa yang dikenal sebagai kekuatan gaib.  Dari merekalah jawaban atas rasa ingin tahu manusia dipuaskan dan segala tuntutan hidup diperoleh. Namun apabila tokoh-tokoh spiritual itu menjelaskan pengalaman spiritual mereka di abad super modern ini, tidak mustahil mereka dianggap gila, keliru, atau bahkan pembohong.
Jadi secara historis, sebetulnya agama tidak hanya menampilkan dirinya sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sistem pengetahuan yang dijadikan rujukan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan kognitifnya.  Perannya bahkan sangat dominan, ketika ilmu pengetahuan belum berkembang, dan masih banyak misteri hidup yang belum dapat diterangkan secara rasional.

Dua Pendekatan  
Secara umum, terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam melihat  fenomena keagamaan.  Pendekatan pertama lebih menitikberatkan pada ajarannya (doktrinal).  Di sini agama dipandang sebagai realitas yang secara ontologis menjawab apa yang menjadi substansi keagamaan, apa yang diyakini sebagai kebenaran hakiki bagi pemeluknya.  Titah yang tertulis dalam Kitab mereka harus dituruti, begitu juga sabda para petinggi agama mereka.  Kebenaran doktrin agama tidak lagi bisa dibandingkan dengan yang lain, apalagi dipertanyakan.
Sedangkan pendekatan kedua memandang agama sebagai realitas sosio-kultural di mana ajaran dan kepercayaan dalam agama menghasilkan seperangkat tradisi dan praktik dalam rangka implementasi doktrin-doktrin keagamaan dalam konteks historis, sosial dan budaya.  Ini sejalan dengan apa yang diasumsikan Emile Durkheim.  Bahwasannya agama hadir pertama-tama untuk kepentingan manusia dan bukan untuk kepentingan Tuhan.  Kehadiran agama merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan suatu masyarakat.  Ia timbul dari kebutuhan praktik kehidupan sosial, dan selama ini ia menjadi penting dalam hubungannya dengan perilaku moral.
“Tuhan adalah masyarakat”, tulis Durkheim.  Karena itulah, apa yang diperbolehkan dan dilarang, dan apa  yang dianggap suci dalam agama sangat tergantung dari mana masyarakat itu berasal.
Agama memang bisa dipandang sebagai pemberi ketenteraman dalam menghadapi kondisi-kondisi dasar yang memprihatinkan. Ia dipercayai mampu memberi dasar bagi rasa aman dan identitas yang lebih utuh di tengah perubahan sejarah yang tak pasti.

Gugatan terhadap Agama
Ketika agama sudah berpindah tempat dan waktu, seolah terjadi kegagapan baru.  Aturan yang begitu kuno terkadang tidak lagi sesuai dengan sikon masyarakat kini.  Namun, agama masih sering dimanipulasi oleh para pejabat, yang menggunakan dalih agama justru untuk menghalalkan atau menyembunyikan segala kejahatannya.  Tidak dapat disangkal, Soeharto yang begitu lama “menghisap” darah rakyat, juga cukup gemar memamerkan kesolehannya sehingga menimbulkan rasa gentar untuk mengadilinya.
Karena itu, jika seseorang merasa agama masih diperlukan, beragamalah dengan baik, agama yang tidak mengajarkan permusuhan akan kehilangan keteladanannya.  Agama memang penuh simbolik, namun ia juga perlu dihayati dengan pertimbangan akal.  Tanpa akal, agama berubah menjadi terror paling mengerikan.  Pemimpin agama harus memperjuangkan kesejahteraan manusia seluas-luasnya, bukan menghasut apalagi mengajarkan kebencian terhadap pemeluk agama lain.
Riwayat agama memang tak akan berakhir, namun posisinya akan semakin digugat oleh pertanyaan, “apakah agama sanggup mengatasi kegelisahan sekaligus menjadi orientasi hidup manusia?”  Jika agama tidak mampu memainkan peran terhadap penganutnya supaya menjadi lebih baik dan manusiawi, bagaimana kita bisa terus meyakininya?
Comments
1 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

1 comments:

Anonymous said...

hmmm ... posting menarik, pemikiran yang tidak mengikuti mainstream / out of the box yang berlaku di masyarakat

Post a Comment

Total Pageviews

Brother baner

SEPUTAR BLOG,INTERNET,KOMPUTER.

WAHYOKU BLOG

Banner tatelu


 BELAJAR BARENG