Selasa, 11 Desember 2012 - 11:41 wib
PSSI menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng) dan KPSI melakukan serupa di Hotel Sultan, Jakarta. Dua kongres yang nyatanya tidak membuahkan iklim baik bagi sepakbola di Indonesia. Mereka yang mangaku cinta sepakbola, melewatkan kesempatan memperbaiki kemelut yang nyaris tidak ada jalan keluarnya.
Sekarang, sama-sama bangsa ini menanti sanksi dari FIFA. Duka tersebut akan mendarat di Indonesia bila karut marut sepakbola dibahas pada sidang Komite Eksekutif (Exco) FIFA di Tokyo, Jepang, 14 Desember 2012. Nasib sepakbola Indonesia tinggal menghitung hari untuk disapa sanksi. Apalagi FIFA mengintruksikan konflik harus diselesaikan pada 10 Desember.
Polemik kepengurusan sepakbola Indonesia sebenarnya bukan perkara besar. Kesadaran, akal sehat dan melengserkan ego aktor di balik kacaunya sepakbola Indonesia menjadi kunci. Perdamaian aktor utama di belakang PSSI dan KPSI sangat dibutuhkan. Sementara, tokoh yang nyaring di PSSI dan KPSI hanya sebagai figuran.
Sulit meminta kedua aktor di belakang PSSI dan KPSI berdamai. Akal sehat mereka sudah tersulut kesombongan dan rasa lebih baik atau hebat. Keberadaan mereka di sepakbola Indonesia pun selalu akan mendatangkan kerugian, kegagalan dan kehancuran bagi sepakbola Indonesia.
Munculnya dagelan konyol dalam sepakbola Indonesia dimulai pada awal tahun 2011. Awalnya dari gerakan sekelompok individu yang ingin Nurdin Halid lengser sebagai ketua umum PSSI. Kala itu, gelombang massa yang sudah pasti memiliki sponsor menggelar aksi menuntut Nurdin mundur.
Setelah delapan tahun duduk di kursi tertinggi PSSI, Nurdin akhirnya tidak diperkenankan mencalonkan kembali pada 2011. Nurdin terkendala statuta FIFA dalam upaya mencalonkan kembali menjadi ketua umum PSSI Sejak itu, lahir PSSI tandingan dan menggelar kegiatan seperti dilakukan PSSI yang diakui keabsahannya oleh FIFA dan AFC.
Jalan terbaik saat ini adalah sanksi dari FIFA. Bila sanksi dijatuhkan, Timnas Indonesia dan klub sudah pasti dilarang berlaga pada ajang internasional. Satu hukuman yang sangat menyakitkan bagi seluruh pemain dan pelatih di negeri ini. Para pahlawan olahraga harus menelan pil pahit dari risiko kelakuan yang sama sekali tidak pernah mereka lakukan sebelumnya.
Hadirnya sanksi FIFA berarti hukuman larangan tampil di pentas internasional sudah pasti harus dijalani Indonesia. Namun bukan sekadar sanksi larangan bertanding FIFA yang bisa mengembalikan akal sehat para aktor kekacauan sepakbola di Tanah Air. Sanksi juga berlaku bagi semua orang yang terlibat atau berandil lahirnya hukuman FIFA tersebut.
Dalam salinan sanksi harus menyuratkan larangan bagi setiap orang yang terlibat dalam PSSI, KPSI serta aktor di balik kedua kubu itu berkecimpung dalam sepakbola Indonesia. FIFA harus berani mengumumkan nama-nama yang tidak pantas mengaku sebagai pembina sepakbola.
Hukuman itu juga akan memberikan efek jera bagi mereka yang membuat kehancuran sepakbola Indonesia. Selain itu, hukuman FIFA juga memberikan kesempatan bagi tokoh lainnya yang tidak terlibat dalam sandiwara mengobati luka PSSI. Satu hal, masih banyak anak bangsa yang mampu memimpin dan memajukan sepakbola negeri ini tanpa terlibat dalam sandiwara atau balas dendam.
sumber